•   17 May 2024 -

Kisah Pengantar Galon di Loktuan; Ditopang Kaki Palsu Rusak, Kerja Keras Nafkahi Keluarga

Kaltim - Redaksi
29 Desember 2022
Kisah Pengantar Galon di Loktuan; Ditopang Kaki Palsu Rusak, Kerja Keras Nafkahi Keluarga Miftahul Rizqo menunjukkan alas kaki palsunya yang sudah bolong. (Rifki/Klikkaltim)

KLIKKALTIM.COM -  Miftahul Rizqo tertatih mengangkat galon yang sudah penuh air ke atas sadel motornya. 3 galon penuh air itu siap diantar menuju rumah pelanggan yang sedari tadi menunggu di Kelurahan Loktuan. 

Motor bebeknya menderu menyusuri tiap-tiap lorong pemukiman padat penduduk ini. Pelan-pelan ia menjinjing galon ke pelataran rumah pembeli. Langkahnya pincang tiap kakinya menapak tanah. 

Pria 24 tahun ini lahir dalam kondisi cacat. Tak seperti pemuda pada umumnya, tubuhnya ditopang kaki palsu yang mulai rusak. 

"Gak seimbang lagi jalan, karena kaki kanan pendek sebelah," ujar Mifta saat ditemui di rumah yang ia sewa di Jalan Kapal Selayar 5 Gang 7, Loktuan beberapa waktu lalu. 

Di rumah mungil itu, Mifta tinggal bersama istri dan buah hatinya. Baru sebulan terakhir ia bersama keluarga kecilnya menetap di Loktuan. 

Setiap bulan, ia membayar sewa ke pemilik rumah sebesar Rp 300 ribu. Biaya itu dari sisa  hasil jerih payahnya yang disisihkan.

Sedangkan makan hari-hari tertolong dari Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT)-bantuan sembako dari pemerintah pusat. 

Saban hari, sekitar 70 galon harus diantar Mifta ke rumah pelanggannya. Dengan kaki palsu yang mulai rusak, ia tetap kokoh mengantar pesanan walaupun sedikit lebih lamban. 

Pengantar galon bukan profesi pertamanya. Sebelumnya, ia bergonta ganti pekerjaan mulai dari penjual kebab hingga pencuci mobil. 

Berbekal ijazah Sekolah Dasar tak banyak pilihan bagi Mifta untuk bekerja. Sebenarnya Mifta kecil pernah bersekolah hingga di bangku kelas 2 SMP. Sayangnya, harus terhenti akibat masalah keluarga. 

"Saya tiga tahun kerja di kebab. Habis itu di 2018 langsung menikah dengan tetangga saya dan sekarang dikaruniai anak satu umur satu tahun," sambungnya. 

Mifta kembali bercerita, tak jarang ada saja pelanggannya mengeluh karena lama menunggu air. 
Kepada Klik Kaltim, ia menunjukkan kondisi kaki palsunya yang bolong dan rusak di bagian alas. Kaki palsu itu diberi dari seorang dermawan 2018 lalu hingga kini dipakai sehari-hari. 

Untuk beli baru dia belum mampu. Sepasang kaki palsu sekitar Rp 8 juta, upahnya belum cukup untuk membeli. 

"Kerja saya lambat bukan tanpa sebab. Kaki palsu saya sudah rusak. Mau beli baru tidak ada uang biaya," katanya. 

Ia mengakali kaki palsunya agar tidak lepas dia harus memakai sepatu yang alas kakinya tebal. Tetapi rasa nyeri selalu muncul kala kaki palsu itu dilepas. 

"Memang harus diganti. Karena mungkin bahannya fiber dan umurnya sudah lama. Mau diganti cuman tidak ada uang," ungkapnya. 

Nur Cholis pemilik usaha depot mengaku iba atas kondisi karyawannya yang kondisi cacat. Awalnya tidak tahu kalau dia bekerja dalam kondisi keterbatasan fisik. 

Setelah 3 hari bekerja baru dirinya tahu saat menegur Miftahul kerap memakai sepatu saat masuk kedalam tempat bersih. 

"Jadi saya baru tahu juga dia ini cacat dan menggunakan kaki palsu. Tidak fikir panjang saya tetap mempekerjakan dia, apalagi sudah berkeluarga," ucap Nur Cholis. 

Lebih lanjut, dirinya berharap akan ada perhatian pemerintah untuk memberikan santunan atau bisa membelikan kaki palsu yang baru. 

Karena itu yang saat ini dinilai perlu. Apalagi, semangat dari karyawannya sangat baik. Meski harus sedikit terlambat dalam mengantar. Tetapi dengan sabar dirinya sering mengingatkan pelanggan agar bisa menerima kekurangan pekerjanya. 

"Makanya saya buat postingan di medsos. Biar orang-orang tau kalau dia kerja itu menggunakan kaki palsu dan tidak bisa cepat. Jadi harap dimaklumi," pungkasnya.




TINGGALKAN KOMENTAR