•   18 May 2024 -

Cerita Panitia TedxUnmul Kala Menyambangi SMAN 3 Samarinda

Samarinda - Fitri Wahyuningsih
05 Maret 2020
Cerita Panitia TedxUnmul Kala Menyambangi SMAN 3 Samarinda Ermioni, Amonullo, dan Rahmat berbicara di depan kelas SMAN 3 Samarinda

 KLIKKALTIM.com -- Dengan langkah sedikit tergontai, tiga panitia inti TedxUnmul yakni Ermioni Vlachidou, Amonullo dan Rahmat Aprilian berjalan menyusuri selasar SMA Negeri 3 Samarinda, Selasa (3/3/2020).

Air muka Ermioni dan Amonullo tampak sedikit menegang. Wajar saja, mengingat sebagai mahasiswa internasional yang belum lama menjajal kehidupan di Indonesia, kesempatan menyambangi sekolah adalah hal langka bagi keduanya.

Sembari berbincang, ketiganya berjalan dan dipandu seorang guru. Mereka lantas diarahkan menuju salah satu kelas yang berada tepat di sudut sekolah.

Tiba di kelas, sang guru mengantarkan sedikit prolog soal alasan panitia TedxUnmul menyambangi SMAN 3 Samarinda. Tak lama berselang, kesempatan berbicara diberikan kepada
Ermioni, Amonullo, dan Rahmat.

Kesempatan itu dimanfaatkan ketiganya untuk menjelaskan soal Ted dan segenap hal yang melingkupinya. Seperti apa itu Ted, serta visi dan misi yang diusung Ted guna membawa dunia kearah lebih baik dan inklusif. Dengan cara membagi kisah inspiratif, ide-ide hebat dan kreatif, orang-orang dari seluruh penjuru dunia.

Dan tentu saja, ketiganya juga mensosialisasikan soal TedxUnmul yang akan dihelat di Gedung Hexagon Fakultas Teknik Unmul pada Sabtu (18/4/2020) mendatang.

Bukan hanya bercerita mengenai Ted dan TedxUnmul. Kesempatan tatap muka dengan pelajar SMA pun dimanfaatkan untuk saling berbagi kisah. Dua panitia TedxUnmul, yakni Ermioni dan Amonullo menjadi sasaran empuk para siswa. Sebab siswa ternyata banyak penasarannya, terutama alasan keduanya memilih studi di Indonesia, dan perbedaan antara negara asal mereka dan Indonesia.

Terang saja, mendapat pertanyaan itu Ermioni langsung berbicara soal ekstrimnya perbedaan cuaca di Yunani dan Indonesia. Dia bahkan sempat berkelakar, sangking panasnya suhu di Indonesia, bahkan sanggup untuk memanggang ikan.

Dia pun berkisah soal pengalaman hidup di Indonesia yang masyarakatnya masih cukup kuat memegang prinsip komunalisme. Itu bagus, kata Ermioni. Namun terkadang mengesalkan karena masyarakat komunal kerap ingin tahu berlebihan (alias kepo) terhadap kehidupan orang lain. Praktis ini membuat ruang privasi jadi terganggu.

Sementara Amonullo, dia bercerita bahwa tak sukar amat bagi dirinya beradaptasi di Indonesia. Sebab kepercayaan mayoritas warga Tajikistan dan Indinesia sama: Islam. Baginya kendala terbesar hidup di Indonesia hanya di bahasa.

Mendengar kisah-kisah lucu dan unik yang dikisahkan keduanya, tak ayal membuat kelas riuh oleh ledakan tawa. Meski kerap kisah itu sejatinya adalah cerita memilukan, tak manis-manis amat, namun karena Ermioni dan Amonullo membungkusnya dalam bentuk kelakar, maka semua saling tetawa saja.




TINGGALKAN KOMENTAR