•   29 April 2024 -

Didukung JKN-KIS, Leni yang Divonis Gagal Ginjal Tetap Semangat

Society - NR Syaian
29 April 2019
Didukung JKN-KIS, Leni yang Divonis Gagal Ginjal Tetap Semangat Menjadi peserta JKN-KIS, Leni mendapatkan dukungan penuh melawan gagal ginjal.

KLIKKALTIM.COM – puluhan pasien sedang terbaring di ruang hemodialisa RSUD AW. Syahranie dengan berbagai selang yang mengalirkan darah dari tangan ke dalam mesin pencuci darah yang terletak tak jauh dari tempat mereka berbaring. Suara mesin dan selang-selang berisi darah yang mengalir keluar masuk mesin hemodialisa sebagai alat pengganti fungsi ginjal, cukup membuat ngilu untuk orang yang tidak biasa melihatnya.

Hal itu yang dialami oleh Leni Marlina (44), salah seorang pasien penyandang gagal ginjal selama hampir 7 tahun, yang tengah menjalani cuci darah ditemani suaminya. Ia menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis.

Meskipun telah bertahun-tahun menjalani cuci darah, namun pagi itu raut muka Leni terlihat segar, seperti tidak merasa sakit ketika jarum-jarum itu menusuk pembuluh darahnya. Hanya saja, ada pembesaran pada pembuluh darah di lengan kanannya yang sedang dialiri darah dari mesin hemodialisa. Leni dan suami antusias sekali saat Tim Jamkesnews menghampirinya.

Sakit yang diderita warga Perumahan Bengkuring Samarinda ini bermula sejak tahun 2008 silam, saat dokter menyatakan bahwa ia menderita penyakit ginjal kronis.

Namum pada saat itu, belum dilakukan cuci darah, Ia hanya mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter. Setelah beberapa bulan, ia merasa kondisinya membaik dan tidak menjalani pemeriksaan serta menghentikan konsumsi obat yang diberikan oleh dokter.

“Setelah saya merasa baik dan berhenti mengkonsumsi obat tiga tahun, kemudian saya mengalami sakit yang sama. Namun dokter mengatakan bukan sakit ginjal kronis lagi tapi sudah dinyatakan gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah,” terang Leni.

“Rasa tidak percaya mendengar vonis dokter karena saya sempat merasa sudah sehat, tak sepenuhnya saya dapat menerima vonis dokter. Depresi dan stres saat itu, karena hidup saya sudah tergantung pada mesin,” ungkap Leni sambil sesekali melihat mesin hemodialisa yang ada di sebelahnya.

Suami dan keluarganya terus memberikan motivasi dan dukungan untuk terus semangat menjalani cuci darah, hingga akhirnya pada awal 2011 ia telah akarab dan bersahat dengan mesin hemodialisa yang pernah membuatnya stress.

Pada masa itu, biaya cuci darah yang dijalanai Leni sebanyak dua kali seminggu masih ditanggung perusahaan tempat suaminya bekerja. Hingga datang masa yang benar-benar sulit bagi Leni dan keluarga pada awal tahun 2013, suaminya harus berhenti bekerja dan otomatis tidak mendapat lagi fasilitas pengobatan.

“Saya mengerti biaya cuci darah ini tidak murah dan harus dilakukan seumur hidup, Saat itu, saya ingin mati saja. Sudah tidak ada lagi semangat untuk hidup. Uang pesangon suami hanya bertahan enam bulan, Kami menjual apa yang bisa kami jual untuk terus bertahan hidup,” cerita Leni sambil berkaca-kaca.

“Keluarga saya hampir tidak sanggup lagi membiayai pengobatan ini. Akhirnya pada awal tahun 2014 mencari bantuan ke Pemerintah, suami saya mendatangi Pemerintah Kota, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan dan mendapat informasi tentang BPJS Kesehatan,” kenangnya.

“Segera suami saya mendatangi Kantor BPJS Kesehatan sesuai informasi yang diperoleh dari Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan, untuk menanyakan program jaminan kesehatan dan untuk mendaftarkan diri, hari itu juga suami saya mendaftar sebagai Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan hari itu juga bisa digunakan,” ungkap ibu rumah tangga ini.

Sejak saat itu, Leni dan keluarga menjadi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari segemen Peserta Bukan Pekerja Upah (PBPU).

“Mendapat kabar dari suami kalau program JKN-KIS menjamin cuci darah, seketika itu juga harapan untuk tetap hidup muncul kembali. Ini benar-benar anugerah yang sangat besar bagi keluarga kami. Di saat kesulitan, program JKN-KIS hadir untuk memberi pertolongan, tak tau lagi berapa biaya yang harus kami tanggung untuk cuci darah tanpa program ini,” ucapnya.

Leni berharap program JKN-KIS tetap ada untuk membantu masyarakat yang sangat memerlukan seperti dirinya. Menurutnya, di luar sana pasti masih banyak juga orang-orang yang memerlukan bantuan pembiayaan untuk pengobatan.

“Ini adalah program negara yang paling kami rasakan manfaatnya. Terimkasih kepada pemerintah, dokter, perawat dan seluruh peserta JKN-KIS yang telah membantu kami. Iuran peserta JKN-KIS menyelamatkan kami. Semoga Tuhan membalas dengan kebaikan,” tutup Leni. (Adv)




TINGGALKAN KOMENTAR