•   20 April 2024 -

Ironi Warga Melahing, Kampung Wisata yang Sulit Air Bersih

Bontang -
19 Maret 2021
Ironi Warga Melahing, Kampung Wisata yang Sulit Air Bersih Dermaga di Kampung Wisata Melahing menjadi tempat berlabuh perahu nelayan warga.

KLIKKALTIM.COM - Kampung wisata Melahing menawarkan pemandangan indah saat senja. Rumah warna warni yang berpendar dengan kilau matahari menjadi hiasan di tengah laut biru. Tapi kehidupan warga di sana tak semeriah hunian mereka.

Matahari mulai temaram di sisi barat Kampung Melahing. Kilau matahari melukis fatamorgana di permukaan air laut.

Melahing, kampung di atas air mulai senyap saat petang.  Perahu-perahu nelayan ditambat di dermaga kecil bergelayut seirama dengan gelombang yang menutup senja hari itu, Sabtu (20/3/2021).

Hari itu, Nasir Lakada, Ketua RT 30 Melahing sudah bersiap menunaikan ibadah. Berwudu secukupnya lalu salat 3 rakaat.

Nasir sudah hampir 1 dekade dipercaya warga memimpin kampungnya. Melahing, kampung berusia 20 tahun ini dulunya tempat bersinggah para nelayan saat melaut.

Seiring waktu warga mendirikan pondok-pondok kecil lalu berubah menjadi rumah hunian.

Di sini ada 54 Kepala Keluarga yang penghidupannya bergantung dari laut.

Sekarang mayoritas warga menanam rumput laut tak jauh dari pemukiman mereka. "Di sini ada 200 jiwa," ujar Nasir kepada klikkaltim, sore itu.

Di sisi dermaga, warga tampak menurunkan jeriken air satu-satu dari perahunya. Namanya Glen, masih berkerabat dengan Nasir Lakada.

Glen menghela nafas berat menjinjing jeriken-jeriken ke dalam rumahnya. "Air habis," ujar Glen saat disapa wartawan.

Setiap hari warga harus membeli air dari daratan terdekat, di Bontang Kuala. Untuk 1 jeriken berisi 30 liter diharga Rp 1.000,.

Sehari minimal warga harus merogoh kocek 15 ribu. Hanya untuk air saja.

Situasi ini kontras dengan kampung wisata yang meriah dengan cat berwarna itu. Air bersih susah di sana. Di Melahing air jadi komoditi 'istimewa'.

Sebenarnya warga Melahing sudah dibantu alat pemoresasan air hujan. Air yang ditampung dengan tandon lalu diolah dengan teknologi pemurnian.

Namun, sayangnya curah hujan tak menentu. Volume air yang terisi tak cukup memenuhi kebutuhan warga di sana.

"Ada bantuan penyaringan air hujan jadi air bersih tapi lama sekali baru terisi airnya, hujan juga nggak setiap hari," keluhnya.

Air bersih yang minim itu memaksa warga harus berhemat. Pendapatan dari panen rumput laut pun cukup untuk makan dan keperluan harian.

Pemerintah pernah berjanji memasang intalasi pipa menyebrang dari Bontang Kuala ke Melahing.

Namun, janji hingga kini urung ditepati. "Sudah 3 kali diukur. Terakhir belum lama ini sih," ungkapnya.




TINGGALKAN KOMENTAR